Postingan

Menampilkan postingan dari 2012
Gambar
AYAH Pagiku layu tanpa ayah disisiku Siangku sepi tanpa hadirmu Soreku hilang jika kau tak menemani Malamku gelap jika ayah tidak menerangi Ayah... Aku sayang ayah Aku ingin selalu bersama ayah Saat dunia tak mau bersahabat denganku Ayah yang selalu ada untukku Ayah... Hariku tak lengkap tanpamu Aku menangis memanggilmu Aku selalu menginginkanmu Aku selalu merindukanmu Ayah... Terimakasih telah menyayangiku Karenamu aku ada di dunia ini Karenamu hariku indah Semua indah karena ayah
Gambar
PETANI Kicauan burung bersahut-sahutan Embun menetes di dedaunan Sayup-sayup terdengar jejak langkah Jejak langkah menuju sawah               Mataharipun masih enggan menampakkan dirinya               Ayam masih berkokok beriringan               Tapi jejak langkah itu sudah sampai di sawah               Sawah yang dipenuhi kabut               Kabut yang perlahan menjadi embun Mereka... Mereka yang merawat padi dan Mereka.. Yang Mengolahnya menjadi butiran beras Yang setiap hari kita makan Hargailah jeri payahnya Dengan tidak membuang-buang hasil kerjanya
Gambar
DIBAWAH LINDUNGAN KETEK ABAH    Sore itu di desaku yang terpencil akan ada pertunjukan tari kuda lumping dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-67. Pada saat itu aku sangat tidak berminat menonton sama sekali, aku lebih memilih untuk tidur di rumah. Merangkai bunga mimpi yang khayal. Tapi menarik dan lucu. Jadi sore itu ku putuskan untuk tidur saja dirumah.                 Suara gamelan jawa terdengar dari rumahku yang tak jauh dari area pertunjukan kuda lumping itu. Suara sinden yang melengking diiringi gamelan jawa ditambah dengan gelang lonceng yang dipakai para pemain menambah gaduh suasana sehingga mengganggu sleeping beauty ku. Aku penasaran kenapa sangat ramai, kuputuskan untuk menonton malam harinya karena pertunjukan kuda lumping juga dipertontonkan pada malam harinya. ???!!!???                 Malam yang diterangi bulan itu aku mengajak abahku untuk menonton kuda lumping karena ingin menebus rasa penasaranku. Jadilah aku berangkat dengan hati mantap walau
Gambar
BUAH HATI BUNDA   Putih bersih bagaikan mutiara Indah kecil dan sangat berharga Dirimu dinanti hangatnya keluarga Lembutnya kulitmu seperti sutra Tawa kecilmu dinanti bunda Tangisanmu kegelisahan bunda                 Kecil mungil tanpa noda                 Dirimu yang suci tenangkan hati                 Lucunya tingkahmu ceriakan suasana                 Polos tingkahmu dalam dekapan bunda                 Keluguanmu mengundang tawa Kamu adalah harapan ayah dan bunda Kamu adalah mutiara bagi mereka Tanpamu mereka menderita Kamu adalah buah hati ayah bunda Kehadiranmu menambah hangatnya keluarga Denganmu ayah dan Bunda Melengkapi cerita hidup keluarga bahagia
Gambar
PURNAMA                 Pagi yang masih sejuk itu aku tiba di kampung halamanku, tepatnya di daerah Semarang Jawa Tengah. Pikiranku serasa kembali ke masa kecilku yang menyenangkan dan sedikit menggelikan. Menurutku. Tenang dan sangat damai, aku melangkahkan kaki menyusuri jalan menuju rumah kedua orang tuaku. Saat itu hari masih gelap, mataharipun masih enggan menampakkan dirinya. Aku sedikit demi sedikit mulai bisa melupakan sejenak rutinitasku, menjadi TNI. Aku sampai di halaman rumah dan segera mengetuk pintu. “Assalamu’alaikum, ibu..bapak! Jaka pulang bu!” teriakku dari teras rumah. Akupun mengetuk pintu, hawa dingin menusuk tulangku. “Wa’alaikumsalam.” Suara ibuku. Beliau berlari dan memutar kunci derit pintu terdengar ketika itu. “bu...!” meraih tangan ibu. “oalah le kenapa tidak bilang jika mau pulang? Ibu kangen nang !” menyambut tangan lalu memelukku erat. “Ayo masuk, diluar dingin!” ajak ibu. “Sari dan Bapak kemana bu?” meletakkan tas di kamar tempat