TERLARANG
“ cang...ci...men...cang...ci...men... kacang kwaci permen. Kacang pak? Permen bu? ” teriak para pedaggang asongan di dalam kereta. Tuuut...tuuut... “ Boleh saya duduk di sini mbak?” Suara seorang ibu - ibu tua membuyarkan lamunanku. “ silahkan. ” “ Sayang, jangan melemun ya! Aku disini dihatimu. ” Pikiran Surti melayang layang. Nampaknya sore itu kekasih hatinya belum terlihat melintas di depan rumahnya. Tapi tak lama kemudian sosok orang tinggi berbadan hitam terlihat dari kejauhan. Surti sudah dapat melihat sosok itu walaupun jaraknya masih sangat jauh. Saat laki-laki itu meelintas tepat di depannya dia hanya dapat melempar senyum. Jika ibunya melihat dia bisa membunuh ibunya. Ibu sedang memasak di dapur, memasak syur kesukaannya. “ sayang anak...sayang anak... ayo dibeli...di beli... sayang anak..!” . Ibu memanggilku, sepertinya ibu tau kalau Tarjo sedang melintas di depan rumah. Seandainya ayah masih hidup, ayah mungkin merestuiku menjalin h